aku yang mati dalam kemasyhuran

lumat habis segenap kesalahan tak nyata
menjelma ibu jari menari di papan ketik gawai termutakhir
abu terpenjara, hitam dan putih berkuasa
dalam nyata dan fana; media daring yang bebas
aku akan melucuti setiap laku yang terpampang
tak peduli asal-muasal, sebab-musabab
aku akan digdaya tanpa memampang nama
menguntit sekelompok, mengikuti pergerakan
aku akan gagah dengan kemasyhuran
menunggangi isu dan sesekali memberi siasat
kini, aku mati dalam kemasyhuran fana dalam pikiran yang tak nyata

 


dalam fana di antara nyata

bangkit kembali setelah mati dalam perjuangan
bukan surga dan neraka serta lepas dari samsara
semalam dalam perang yang dahsyat dan luar biasa
aku wafat dan fasad dalam keadaan hilang jaringan
berawal haha-hihi dan menertawakan kejadian tak lumrah
aku terkena sayatan tipis saat ia mengatakan hal yang sensitif
begitu berarti sehingga menggores luka dalam hati
aku membalas dengan keji dan sporadis
tanpa taktik serta pendukung loyalis
dalam fana di antara nyata
sadar dan samar kulihat langit-langit membiru
aku mabuk kala berperang
dengan 280 peluru yang tumpul terpampang

 


beraliansi sesama penyintas

regenerasi setiap kali tersayat
pejal layaknya logam mulia
kutakkan berperang sendirian
bersekutu dan membagi kala memasak pikiran
aku tak terkalahkan
jikala perang kata yang terlontarkan
aku penuh siasat
takkan gentar meski harkat dipertaruhkan
aku tiada peduli
kini tidak lagi esa, aku ganda
dalam moral dan turunan-turunannya
sebutan elitis maya tertancap
kami beraliansi sesama penyintas

 


berbeda zona waktu

sekian lama berkehidupan maya
berseteru dengan berbagai jenama
menertawakan kenyataan abnormal pada beranda
nyaman sekali hidup dengan garis waktu yang cepat
tiada hal seperti itu dalam kehidupan nyata
yang merudapaksa rutinitas dengan adanya
berusaha mencampurkan keduanya
namun pahit dan sulit diupayakan
berbeda zona waktu
di antara nyata dan fana yang sesama sia

 


aku keluar

memompa hasrat dan gairah dalam karakter yang bias
sisi lain yang kusembunyikan mulai meruak
perlahan hancurkan batas
tak sanggup menutup dan meluap
aku lelah meletakan kata dalam ujaran
meledakan setiap prasangka
namun klimaks dengan durasi cepat
mencoba bersatu dengan nyata
sebenarnya maya yang fana
dalam kepala yang paripurna
dan merasa bentuk sejati nikmat bercinta
dihantam keputihan, mencoba kembali
namun, aku keluar
menutup gawai, menyenggama nyata

 

Lima Puisi oleh issariot