Aku Pernah Melakukan Hubungan Seks
Aku pernah melakukan hubungan seks di teras masjid dengan seorang gadis yang ternyata berbohong tentang umurnya padaku, ia mengaku enam belas tahun padahal sudah berusia dua puluh tiga tahun. Aku pernah berhubungan seks dengan empat atau enam orang berbeda pada hari yang sama. Aku pernah berhubungan seks dengan seseorang yang sudah tak berhubungan seks selama bertahun-tahun, darahnya mengucur membasahi karpet hotel. Aku pernah mengikat seseorang di tempat tidur lalu meninggalkannya sendirian untuk berhubungan seks dengan orang lain. Aku pernah berhubungan seks dengan seseorang, memotong rambut panjang miliknya dan menggunakannya sebagai cambuk hingga sekujur badannya merah dan biru. Aku pernah berhubungan seks di hotel lalu ditangkap polisi karena tak bisa menunjukkan surat-surat identitas, dalam tahanan aku bertemu seorang waria yang terjaring razia, aku memberinya nomor teleponku namun sampai sekarang ia tak pernah menghubungiku. Di usia empat belas tahun aku berhubungan seks untuk pertama kalinya, teman sekolahku itu akhirnya hamil. Sejak itu aku bertanggung jawab setidaknya atas satu aborsi setiap tahunnya. Di usia dua puluh tahun aku berhubungan seks dengan seorang janda yang selalu memintaku untuk menyundutkan rokok di kedua payudara besar miliknya setiap kali kami berhubungan seks. Aku pernah berhubungan seks dengan seseorang yang orgasme berulang kali sampai akhirnya badannya mati rasa dan tak sadarkan diri. Aku pernah berhubungan seks dengan bangkai angsa dalam keadaan mabuk. Aku pernah berhubungan seks dengan pacar sahabatku di belakang terminal. Aku belum pernah berhubungan seks dengan dokter. Aku sering merasakan dorongan seksual kapan saja tanpa mengenal waktu, aku impulsif mengikuti hasratku ini, berhubungan seks dengan siapa pun yang bisa aku temui. Aku pernah berhubungan seks dengan kakak perempuanku, kami sangat menikmatinya tapi kami memutuskan untuk tidak mengulanginya lagi. Aku pernah menemukan beberapa dildo dan vibrator di kamar ibuku. Saat melihat orang-orang lanjut usia, aku selalu membayangkan bagaimana kehidupan seks mereka saat masih muda. Aku pernah satu kali berhubungan seks di kamar mandi sekolah. Aku pernah membayangkan berhubungan seks dengan ayah tiriku. Aku sering membayangkan berhubungan seks dengan orang-orang di kantorku. Aku sering merasa tidak nyaman berhubungan seks di ranjang yang berderit berisik saat aku menggerakkan badanku. Saat pertama kali diundang ke sebuah pesta seks, aku menusuk selangkangan tuan rumah enam kali dengan jarum saat ia diikat dengan dadung dalam posisi tergantung di tengah ruang tamu. Saat menusuk selangkangannya aku sedang berhubungan seks dengan pacarnya, seorang lesbian, selangkangan kami beradu di hadapan kepalanya yang terjulur lemas. Ia berteriak kesakitan dan mencaci maki kami dengan ungkapan-ungkapan vulgar yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Minggu berikutnya ia mengunjungiku di kantor dan mengajakku untuk datang ke pesta berikutnya. Saat natal ibuku menelepon untuk menanyakan kabarku, aku menceritakan padanya kalau minggu lalu aku melakukan fisting untuk pertama kalinya dengan seorang sopir taksi. Ia segera menutup telepon dan tak pernah menghubungiku lagi. Aku mengidap dua penyakit seksual menular, satu kudapat dari seorang gadis yang kukenal dari gereja, yang kedua sepertinya dari seorang turis dari Kanada beberapa tahun yang lalu. Aku pernah berhubungan seks di tempat umum satu kali, di taman kota menjelang dini hari setelah mendatangi sebuah festival musik. Aku pernah berhubungan seks di kamar mandi Pizza Hut. Aku pernah berhubungan seks di tangga darurat saat seluruh listrik di kota ini padam. Aku masih menyimpan satu fotoku dari masa SMA, melihatnya selalu membuatku ingin berhubungan seks, di foto itu aku mengenakan seragam cheerleader milik kakak kelasku dan berpose centil di tengah lapangan basket. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang pejabat, setelah bercinta ia selalu mengatakan kalau ia sangat bahagia karena aku tak membunuhnya, aku tak pernah tahu harus mengucapkan apa untuk membalas ungkapannya itu. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang mahasiswi pengidap kanker dengan kepala gundul. Aku sering membayangkan berhubungan seks di tengah kerusuhan. Aku kenal seorang seniman yang menjual lukisan-lukisan vagina istrinya, aku belum pernah berhubungan seks dengannya atau dengan istrinya. Aku sudah berhubungan seks dengan lebih dari seratus orang, entah itu termasuk banyak atau masih terhitung sedikit. Aku pernah bermimpi berhubungan seks dengan seorang pria, sekujur tubuhnya dipenuhi luka bakar kecuali perutnya. Aku pernah membayangkan berhubungan seks dengan perempuan pengidap penyakit kusta saat diwawancarai untuk sebuah posisi pekerjaan di perusahaan asing. Aku pernah dua kali berhubungan seks menggunakan kondom. Aku pernah onani di depan seorang kakek tua. Tahun lalu aku bekerja sebagai pembantu di rumah seorang perempuan paruh baya. Setiap pagi aku membersihkan rumah, mencuci baju, dan pekerjaan rumah lainnya. Dalam garasi, aku pernah menciumi pakaian dalam perempuan itu. Aku pernah menggunakan celana dalamnya sebelum aku mencucinya, pernah pula aku menggunakannya sebelum mengembalikannya ke lemari baju setelah kering usai dicuci. Bagian tubuh yang paling kusukai dari seorang lelaki adalah kontol mereka, keras seperti batu. Pernah suatu saat seorang pengemis lewat depan rumahku, aku memanggilnya masuk dan memberinya makan, kami sempat mengobrol sebentar sebelum akhirnya mulai saling raba dan berciuman. Saat ada orang yang menguap aku selalu berfantasi untuk ejakulasi di mulut mereka. Aku sering teringat pada seorang bapak tua yang turut bekerja denganku di sebuah pabrik meubeler, ia sering menceritakan pengalamannya melakukan threesome dengan seorang tentara dan gadis Timor Timur saat kerusuhan pecah di tahun 1998. Ia pernah membaca garis tanganku, ia hanya menggeleng-gelenggakan kepala dan tak mau menceritakan padaku apa yang ia lihat dari nasibku. Aku sering berpikir kalau aku mungkin punya ketertarikan pada jerawat tapi ternyata aku lebih bernafsu pada perempuan yang menggunakan make up tebal. Aku pernah berpacaran dengan seorang gadis Banjar yang kakinya akan berkeringat saat terangsang. Satu hal yang sampai saat ini sulit kulupakan adalah pengalamanku saat berusia sepuluh tahun, saat itu aku menemukan sebuah buku di lemari ayahku, sebuah adaptasi picisan Kamasutra. Ada satu halaman dalam buku itu berisi sebuah lingkaran besar dengan dua belas pasangan yang bercinta dalam berbagai posisi menyerupai lambang-lambang zodiak.