Rumah Lacur Anak Keturunan Qabil

 

Di depan cermin aku berfoto setengah telanjang. Aku tampak begitu seksi dalam foto tersebut, tetapi aku belum puas. Kuambil cat minyak dan mulai menggambar pemandangan alam di permukaan kulit putih mulus milikku. Aku kembali mengambil foto, kali ini dengan snapchat. Kukirimkan pada enam orang lelaki dan datang enam balasan berisi komentar dingin bernada kecewa. Esok paginya aku mendapatkan kabar tentang enam orang lelaki yang melamarku untuk menikah beserta cerita lain tentang enam ibu mertua mata duitan, enam belas saudara perempuan yang menjalin hubungan inses dengan mereka serta enam orang ayah mertua hidung belang.

Saat ini aku tinggal di sebuah rumah mewah, usiaku sudah dua puluh enam, tetapi aku terlihat seperti gadis imut berusia enam belas tahun. Aku biasa mengenakan gaun putih dan lingerie dari Perancis. Aku tak pernah mau repot memikirkan hal-hal sepele dan tak penting, aku hanya memikirkan hal-hal baru yang belum pernah dipikirkan orang-orang. Sehari-harinya aku makan makanan yang disiapkan oleh enam orang budak kapitalisme. Rumah mewahku adalah sebuah komune bagi para bromocorah yang cerewet, orang-orang ekletik, dan para seniman anti sosial. Kadang aku berfoto bersama mereka lalu membagikannya di instagram. Mereka semua adalah milikku. Mereka adalah warga negara yang sah di republik ini. Mereka adalah sejawatku. Mereka adalah milikku.

Kedua orang tuaku selalu melakukan yang terbaik untuk melindungi aku dari seks, obat-obatan terlarang, dan kekerasan. Kedua orang tuaku biasa berhubungan seks, menggunakan obat penenang, dan melakukan kekerasan. Aku pun terbiasa berhubungan seks, menggunakan obat penenang, dan melakukan kekerasan. Aku kabur dari rumah lewat jendela kamarku menggunakan tali yang terbuat dari rambut kemaluan para bromocorah cerewet, orang-orang ekletik, dan para seniman anti sosial yang tinggal di rumahku untuk menemui enam orang lelaki telah yang melamarku menikah. Mereka membawaku pergi menggunakan mobil mewah, di sana aku diberi minum sampai mabuk dan kami pun berhubungan seks. Hubungan seks selalu konsensual. Mereka memperlakukanku seperti binatang. Aku memperlakukan mereka seperti binatang. Aku adalah seekor binatang.

Pagi harinya aku akan pulang ke rumah dan mengirimkan kabar pada semua orang bahwa aku melakukan semuanya semata-mata sebagai sebuah lelucon. Aku adalah seorang perempuan mandiri yang takkan pernah menikah dan menua dan atau mengemis, memohon, serta mengucap rayuan.

Aku adalah seorang pembohong.

Kesemuanya hanyalah omong kosong belaka. Aku adalah seorang lelaki berusia dua puluh enam tahun yang saat ini tinggal di kamar kos kecil di sebuah kota tujuan pensiunan. Hingga saat ini aku masih perjaka dan hanya akan melepas semuanya pada imajinasiku sendiri. Aku bisa menciptakan tokoh-tokoh menarik, gadis-gadis yang paling cantik, hubungan seks paling liar dan memuaskan. Para perempuan menghamba pada laki-laki dan laki-laki menghamba pada para perempuan dan semua orang menghamba kepadaku. Suatu hari nanti aku akan menjadi kasim kaya raya, tidur berbaring di atas tumpukan emas dan berlian, membayar aktor-aktor terbaik untuk bermain peran sebagai diriku serta melakukan hubungan seks untukku. Inilah kehidupanku yang sebenarnya dan tak ada seorang pun yang bisa menghentikannya.