Mendengarkan 2019
Tahun ini saya memutuskan untuk kembali membebaskan diri mendengarkan musik setelah berusaha membatasi porsinya secara lumayan ketat selama hampir dua tahun, salah satu hal terbaik yang pernah saya lakukan belakangan ini selain keluar dari pekerjaan tetap di Jakarta, setelah era mp3 dan last.fm serta rasa bosan yang mengikutinya selama beberapa tahun kemudian. Mungkin terdengar aneh, tetapi jujur saja kesemuanya sempat terasa begitu hambar dan memuakkan. Lelah saja rasanya, meski sebenarnya tak ada penyesalan sedikit pun atas waktu berjam-jam yang kini terbuang bersama external hard drive yang tak bisa lagi berfungsi dengan baik—juga perpotongan kesemuanya dengan pergaulan serta uang untuk menyaksikan pertunjukan musik dan membeli rilisan fisik yang kini sebagian besarnya sudah habis saya bagi-bagikan kepada kolega. Apakah ini adalah yang orang-orang sebut bicarakan mengenai bertambahnya usia? Entahlah, tahun ini rasanya seperti kembali ke masa-masa saat pertama kali mengunjungi toko kaset dan mengenal internet walau mungkin kini kesemuanya terulang dengan kesadaran yang sama sekali baru.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya masih membeli musik lewat bandcamp—yang sebagian besarnya adalah proyek milik kawan, tak ubahnya menyumbang saat kerabat dan kolega menyelenggarakan hajat atau ditimpa kemalangan; tentu saja musiknya bagus dan saya pun menyukainya, beberapa di antaranya turut pula tercatat di dalam daftar tak penting ini. Kebetulan dua atau tiga tahun terakhir ini saya juga menghentikan kunjungan ke /mu/ serta segala macam kanal berita dan ulasan musik di internet; bisa dibilang belakangan ini saya hanya mengarus mengikuti spontanitas dan obrolan bersama beberapa kawan untuk menemukan musik baru—tentu sebagian besarnya terjadi di bawah kuasa algoritma yang menggerakkan segala sesuatu di interweb
Kurang lebih demikianlah bagaimana saya mendengarkan 2019, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengingat kembali rilisan-rilisan dari tahun ini yang berkesan bagi saya. Bukan sebagai rekap atau daftar terbaik dari tahun ini, daftar ini dibuat semata-mata untuk dilihat kembali suatu saat nanti, sengaja dibagikan untuk kemungkinan kecil akan ada seseorang yang membacanya sampai selesai dan menemukan sesuatu yang menarik.
Grafik yang menyertai daftar ini hanyalah meme lain untuk membuat seluruh kesia-siaan ini menjadi sedikit lebih menarik, album-album dimasukkan kedalamnya dengan sekedar mengikuti mood saja, selebihnya saya sendiri pun tak sepenuhnya mengerti. Berikut ini saya berusaha menulis sedikit cerita untuk setiap albumnya, dimulai dari kiri atas menuju kanan bawah.
Selamat menghabiskan sisa 2019 dan semoga berkenan.
pulasara
PASSCODE - CLARITY
j-pop, metal
Dua tahun belakangan PASSCODE mengalami era renaisans mereka bersamaan dengan gempuran gelombang alt-idol kedua pasca berakhirnya BiS. Grup-grup yang lebih baru cenderung tak terlalu mengandalkan gimmick dan lebih fokus pada musik mereka—sesuatu yang kebetulan sudah dilakukan PASSCODE sejak debut mereka di 2014.
Di album major kedua ini PASSCODE semakin berani bereksperimentasi, bisa dibilang CLARITY adalah album mereka yang paling variatif, keempat anggotanya pun semakin berkarakter, sama halnya dengan penampilan live mereka yang semakin menakjubkan. Berdasarkan penuturan mereka, kebiasaan tampil dengan memanfaatkan playback ternyata menjadi ruang bagi Kaede, Yuna, Nao, dan Hinako yang terus berteriak dan menyanyi semampu mereka selama live. Entah apa yang akan terjadi dengan mereka di waktu-waktu mendatang, yang jelas, tahun ini adalah milik mereka sepenuhnya.
Favorit: PROJECTION, DIVE INTO THE LIGHT, Taking you out, In The Rain
Caterina Barbieri - Ecstatic Computation
electronic, ambient trance
Barbieri menghidupkan kembali tradisi modular yang dibangun para perempuan-perempuan zaman batu, menunjukkan berbagai macam keajaiban yang bisa ditunjukkan oleh synth terkomputasi dalam ruang vakum. Estatic Computation adalah sebuah lanskap sonik analitikal serupa Auchtere yang dilapisi dengan kekuatan supernatural. Berlapis-lapis tekstur yang direndam dalam reverb beradu dengan minimalisme, kesemuanya berkejaran dalam melodi dan desain yang menakjubkan sekaligus melankolis selama kurang lebih tiga puluh enam menit.
Favorit: Fantas, Pinnacle of You
Liturgy - H.A.Q.Q.
black metal, avant-garde metal
“Hideous Gnosis: Black Metal Theory Symposium 1” adalah buku yang sangat menarik bagi saya, sebuah pengalaman di mana membaca bisa menjadikan berbagai macam hal terasa lebih menarik. Meski (tentu saja) tak bisa sepenuhnya memahami manifesto Hunter Hunt-Hendrix dalam buku tersebut, setidaknya kesemuanya membuka interprestasi lebih luas soal meme transcendental black metal yang ia bawakan bersama Liturgy. Benar saja, H.A.Q.Q. terdengar begitu segar bahkan setelah eksperimentasi mereka di album-album sebelumnya, ada-ada saja memang.
Favorit: HAJJ, God of Love
Howie Lee - Tian Di Bu Ren
wonky, electronic
Sepertinya setelah puas berkubang dalam ironi lewat seri Socialism Core Value, Howie Lee terjun ke dalam lubang hitam dengan sukacita bersama album yang mengasyikkan ini. Musik-musik tradisional Cina ditumis bersama campuran wonky bass yang terdiri dari berbagai suara peradaban modern—mengingatkan pada Far Side Virtual dan Human Story 3 milik Ferraro, hanya saja kesemuanya berasal dari belahan bumi lain yang jauh lebih kuno sekaligus futuristik. Jenaka, menyeramkan, sekaligus aneh; Tiān Dì Bù Rén mungkin adalah sebuah potret kecil dari perjalanan abadi umat manusia menuju wu wei.
Favorit: 21st Century Suicide, Bird's Self-Awareness, Rejuvenation
Falls of Rauros - Patterns in Mythology
atmospheric black metal
Di Album kelimanya ini Fall of Rauros berhasil menyempurnakan oplosan black metal dan post-rock mereka, kali ini dengan garapan yang terpoles dan lebih modern. Sebagai pendengar yang telah mengikuti mereka sejak debut tentu ada bermacam perasaan yang muncul selama menyimak mereka berevolusi dan menemukan karakternya kembali, tetapi sejauh ini usaha mereka jauh sekali dari mengecewakan. Meski agak lemah di awal, Patterns in Mythology menghantam emosi pendengar secara bertubi-tubi dari track ketiga hingga keenam lewat solo yang epik, riff infeksius, dan kemewahan produksinya yang elegan.
Favorit: New Inertia, Last Empty Tradition
xiangyu - Hajimete no Marumaru Zukan
hip house
Diproduseri Kenmochi Hidefumi, xiangyu membawakan hip house ala Wednesday Campanella dengan lebih enerjik bersama campuran yang lebih ugal-ugalan, dari uk funky hingga gqom. Slaps!
Favorit: Pooh Patpong Curry, Mycorrhizal fungi, Human Evolution
Mesarthim - Ghost Condensate
atmospheric black metal
Empat LP dan enam EP sejak 2015, Mesarthim tak hanya produktif, tetapi begitu tekun bereksperimentasi menyempurnakan kengerian luar angkasa yang dituturkannya. Di tengah gempuran para hipster dan modal produksi mereka, penggunaan synth dalam black metal acap kali terdengar komikal atau bahkan norak, apalagi saat digunakan oleh band-band yang berusaha untuk membawakan varian black metal yang lebih tradisional. Akan tetapi, Messarthim dengan percaya diri mengoptimalkannya lewat spacebient dan bahkan trance di atas blast beat kosmis miliknya dalam dua track berdurasi dua puluh menit, epic style.
Favorit: seluruh tracks
Fire-Toolz - Field Whispers (Into the Crystal Palace)
electronic, post-industial
Angel Marcloid adalah salah seorang produser paling produktif di lingkaran vaporwave, lusinan proyek dengan berbagai alias dan ratusan rilisan digital. Fire-Toolz adalah personanya yang paling enigmatik, mencampurkan segala macam teknik produksi ala vaporwave yang ia kuasai dengan jurus-jurus gitar dan teriakan ala black metal miliknya. Sangat menggembirakan sekaligus penuh dengan momen-momen emosional.
Favorit: BEiNG, Smiling at Sunbears Grooming in Sunbeams, She Was Me, My Name Was Surrounded
Shinichiro Yokota - I know you like it
deep house, balearic
Sang Master melanjutkan kembali tradisi yang dirintisnya bersama Soichi Terada, mengapropriasi budaya burger dan menyajikannya kembali dengan citarasa sushi. Rasa-rasanya tak perlu dipanjang dan lebarkan, mari langsung saja bergoyang tanpa perlu terlalu banyak dipikirkan.
Favorit: Tokyo 018 (Watashi wa Tokyo suki) feat. Soichi Terada, Timeless, Night Drive 2.0
Kai Whiston - No World As Good As Mine
uk-bass, art-rock
Kai Whiston bisa saja mengulang apa yang sudah dilakukannya pada album debutnya, mengembangkannya mengikuti karakter sonik deconstructed club atau memasukkan ratusan referensi pada budaya daring sebagaimana yang banyak dilakukan oleh produser seusianya. Akan tetapi, dia memilih menyepi dan membuat No World As Good As Mine, sebuah percobaan ambisius yang membenturkan bass dengan segala macam hal yang ia sukai, masih dengan semangat produksi hedonistik yang menjadi ciri khasnya. Bayangkan aphex twin berkolaborasi spontan dengan GY!BE dalam sebuah simulasi virtual; kacau, aneh, dan sering kali sulit didengarkan, namun menjanjikan banyak sekali detail dan kejutan bagi mereka yang mempercayakan waktunya untuk pengulangan-pengulangan berikutnya.
Favorit: Things You Bury, Glyder Fawr, Blue Dots
Riajuu - Eh?
lolicore, atmospheric drum and bass
Segalanya makin absurd saat para wiabu baper dan menggunakan sample secara sentimental dalam proyek lolicore mereka. Dibahas panjang lebar pun percuma, waktunya berusaha menangis meski kepala mulai pening dan air mata tak kunjung menetes keluar.
Favorit: Schoolgirl Complex, Torogao Illegal, Winter Uniform
Ayano Kaneko - Sansan
indie folk
Agak lain dengan album-album sebelumnya, di kesempatan kali ini Ayano Kaneko lebih banyak bermain dengan arwah boomers Happy End yang ia panggil kembali menggunakan mantra-mantranya sendiri yang lebih modern, enerjik, tetapi tetap mempertahankan melankolisme nostalgik ala Nipponnya. Album yang spesial untuk ribuan akhir pekan membosankan lain yang masih akan terus berdatangan.
Favorit: Ai no mama wo, Bokura hanataba mitai ni yorisotte, Gomenne
Kenmochi Hidefumi - Futtou Waku
footwork
Teman-teman mungkin mengenalinya sebagai kolaborator KOM_I dan Dir.F di Suiyoubi no Campanella. Inventif, berkarakter, dan emosional. Bisa dibilang tahun 2019 adalah tahun miliknya, Kenmochi Hidefumi muncul dua kali dalam daftar ini; begitu personal sekaligus asing, Futtou Waku menunjukkan dengan baik bagaimana footwork merangkum gejolak peradaban yang terekam dalam hip-hop, jungle, house, hingga kini akhirnya kesemuanya tenggelam dalam repetisi memabukkan serupa gambar-gambar gif dari tempat-tempat tersembunyi di kedalaman internet.
Favorit: Fight Club, Aesop, Hacienda
3776 - Saijiki
j-pop, art pop
Sama sekali tidak menyangka Dik Chiyo dan Pak Akira Ishida bisa membuat sesuatu yang sebagus album debut mereka. Di kesempatan kali ini, 3776/Minanaro menumpahkan seluruh pretensiusitas, obsesi, sekaligus sukacita mereka menjadi sebuah album konseptual yang dipenuhi banyak sekali meme dan referensi, mencampurkan segala sesuatu dan melakukan apa pun yang mereka mau secara rigid dan matematis dalam satu mitos besar bernama Gunung Fuji. Yang jelas, memahaminya atau tidak, album ini begitu menyenangkan dari awal sampai akhir—mungkin akan membosankan atau bahkan melelahkan karena begitu rapat, tetapi kemungkinan besar akan sangat cocok bagi orang-orang yang gemar bermalas-malasan tanpa melakukan apa pun.
Favorit: seluruh tracks
nuvolascura - nuvolascura
screamo, emoviolence
19 menit amarah terkonsentrasi; kontras dan feedback yang menghujam tepat sasaran disokong dengan drum dan vokal membabi buta—menghancurkan apa pun yang masih tersisa. Mungkin akan terdengar repetitif karena kuartet ini begitu mengandalkan agresifitas, tetapi bila didengarkan dengan seksama akan ada banyak melodi dan riff yang lumayan variatif untuk durasinya yang begitu pendek, efektif meruncingkang segala dendam kesumat yang selama ini terpendam di benak para pendengarnya. Epic.
Favorit: seluruh tracks
Shortparis - Tak Zakalyalas' Stal'
coldwave
Setahu saya Shortparis adalah band yang cukup besar di Rusia, mungkin sekelas .Feast kalau di sini, lengkap dengan fans yang konon tolol hehehe. Shortparis membawakan coldwave yang lumayan asyik untuk bergoyang. Saya sangat menyukai mereka karena begitu ambisius, sensasional, sangat pretensius, erotik, kontroversial, spektakuler, serta begitu nakal mengeksploitasi politik dalam ambiguitas macam Laibach. Saat kita mendengarkan musik mereka dengan seksama, niscaya kita akan dapat mendengar mereka tertawa tergelak-gelak, tetapi salah besar bila ada seseorang yang mengira mereka sedang bercanda.
Favorit: Tak zakalyalas' stal', Strashno, Styd4
Jambinai - Onda
post-metal, post-rock
Setelah A Hermitage (2016), senang sekali akhirnya para jagoan dari korea ini kembali dari perjalanan panjang mereka dengan album yang tidak kalah menakjubkan. Sepertinya tur mereka begitu melelahkan, mungkin pula mereka terpaksa melihat banyak hal yang kurang menyenangkan hingga akhirnya kembali dengan musik yang meski tak seliar album sebelumnya, tetapi jauh lebih pesimis dan muram.
Favorit: In the Woods, Onda
Mom$ - RAVE SHIT III: Tactical Operations
atmospheric drum and bass, jungle, outsider house
Rave dan penegakan hukum atas penyalahgunaan substansi penstimulus pengalaman transendental. Dari house sampai jungle, dank shits.
Favorit: Freak Ryddym, 1-800-CRISIS CONNECT, DEFCON ULTIMATE
lord snow - SHADOWMARKS
emoviolence
Katarsis.
Favorit: Aranea Ienith, Wolfman and Bilo
Shinsei Kamattechan - Jidou Karte
j-pop, noise-pop, art rock
Jidou Karte adalah sebuah penutup yang sempurna untuk perjalanan Noko CS selama sepuluh tahun ke belakang, siaran langsung bunuh diri, tekanan sosial dan karir, serta pembusukan massal via media sosial, Shinsei Kamattechan masih membawakan kesemuanya dengan spektakuler sesuai predikat yang mereka proklamirkan sendiri sebagai band para pecundang di internet. Kali ini tidak begitu liar, tetapi masih tetap muram dan memusingkan kepala. Mengakhiri nyawamu sendiri atau tidak, sama-sama percuma, semuanya sudah terlambat.
Favorit: Girl2, Shizukana ano ko, Gemu jikkyou shi teru on'nanoko
THUGWIDOW - Ambivalent Voices
jungle, atmospheric drum and bass
Merilis musik dalam jumlah banyak pada waktu yang singkat memang sama sekali bukan hal yang menakjubkan saat ini, tetapi lain cerita kalau bisa konsisten dan menjaga kualitas. THUGWIDOW menunjukkan keseriusannya mengembangkan ramuan jungle miliknya yang khas dari satu rilisan menuju rilisan berikutnya. Masih mengandalkan breakbeat yang dicincang tanpa ampun, THUGWIDOW melengkapinya dengan synth mengawang yang menari-nari tanpa gairah kala dimabuk reverb dosis tinggi seolah sedang menangisi masa-masa kejayaan jungle yang takkan pernah kembali lagi sebagai sesuatu yang autentik. Alih-alih nostalgia, Ambivalent Voices memanfaatkan kesemuanya dengan begitu licik untuk menanyakan kewarasan para pendengar yang tengah menghadapi menghadapi meme kemustahilan masa depan, sesuatu yang konon tengah mewabah menjangkiti peradaban sebagai mitos spektakuler bernama kapitalisme akhir.
Favorit: Jesus H Fucking H Christ, Manipulated Dataset, The Holy Ghost Zone
Panopticon - ...Scars II (The Basics)
folk, americana
“The Scars of Man on the Once Nameless Wilderness” adalah salah satu album black metal yang paling berkesan bagi saya, sama halnya dengan versi akustik paruh keduanya yang kembali digarap Austin Lunn dalam kesempatan ini setelah ia sempat kehilangan sebagian berkas rekaman miliknya. Nice.
Favorit: Four Walls Of Bone (the basics), (Cowering) At The Foot Of The Mountain (the basics), The Wandering Ghost (the basics)
maison book girl - Umi to Uchuu no Kodomo-tachi
art pop, j-pop
Jujur saja sampai saat ini saya belum sempat mendengarkan album ini karena baru tersedia dalam bentuk CD dan digital di apple music. Masa bodoh, kemungkinan besar sangat bagus.
Yanakoto Sotto Mute - Humoresque
j-pop, post-hardcore, alternative rock
Secara teknis album ini hanyalah kompilasi dari tiga single dan b-sides yang mereka rilis tahun lalu, di mana Yanakoto Sotto Mute mulai bereksperimentasi lebih banyak dengan karakter musik yang lebih berat dan semakin emosional. Beberapa kawan mengatakan kalau album ini sebenarnya tak begitu spesial, tentu saja saya tak begitu peduli apa pun yang mereka katakan, selera memang merupakan sebuah penyakit yang tak bisa diobati.
Favorit: Nostalgia, Uronos, Stain, Whirlpool swirl
Kedr Livanskiy - Your Need
outsider house, synth pop, hypnagogic
Masih dengan vokal ala indie senja hari miliknya, Livansky meninggalkan amarah masa muda dari album sebelumnya dan memilih untuk menarikan segala derita yang dipikulnya mengikuti irama yang dikehendakinya. Dengan memanfaatkan referensi yang lebih luas tanpa sedikit pun nostalgia dan omong kosong, di kesempatan kali ini ia berhasil mempertajam outsider house sebagai modus operandi utama miliknya. Mulai dari bedroom edm ala zoomer hingga rave era sembilan puluhan, Your Need menunjukkan kepiawaian Livansky dalam menerjemahkan kemuraman kehidupan modern menjadi momen pembebasan personal serta perayaan atas getir dan kegembiraan tanpa perlu terlalu mengada-ada dan berlebihan.
Favorit: November Dub, Sky Kisses, Kiska
Ühtceare - El Genocidio Primordial Llevará El Nombre Infinito De La Empatía
atmospheric black metal, dsbm
Pada kesempatan kali ini Marcos Agüero memainkan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan proyek terdahulunya, huszar, yang merupakan raksasa blackgaze Argentina. Ada tremolo sadis serta blast beat yang tak kalah kejam, tetapi ada pula berbagai macam kejutan mulai dari synth ala darkwave, melodi piano yang janggal, hingga beat-beat tribal dan industrial. Kesemuanya dikombinasikan dalam komposisi yang pas, menciptakan sebuah monster entropi yang begitu efektif dan efisien, mengerikan.
Favorit: Manifestación Espectral De Un Terror Anacrónico, Fugiö , Fugiö , Fugiö!!! (Ultradedalismo Parte II)
Saba Alizadeh - Scattered Memories
ambient, electroaccoustic
Saba Alizadeh memanfaatkan electroaccoustic untuk mengeksplorasi musik tradisional Persia lebih jauh, menjelajahi wilayah-wilayah asing yang tak pernah tersentuh sebelumnya. Kamancech menjerit tercekik dikubur hidup-hidup dalam drone tebal serta kolase berbagai macam derau dari kehidupan modern, mengasingkan pendengar menuju reruntuhan kuno Persia yang tiba-tiba muncul dari masa depan. Untung saja Scattered Memories tak hanya menawarkan momen-momen spektakuler, tetapi menghadirkan pula kesahajaan musik klasik yang begitu elegan sekaligus membumi, kesemuanya menciptakan kontras yang sangat menarik tanpa terdengar seperti sebuah gimmick murahan.
Favorit: Colors Wove Me in Tehran, Ladan Dead End (Kamancheh Version), Greetings to Earthfire
Rakta - Falha comum
post-punk
Banyak sekali band/musisi yang muncul dengan debut ikonik lalu melanjutkan perjalanan mereka secara menyedihkan, hal tersebut tidak berlaku untuk untuk Rakta, dari album ke album musik mereka kian mengesankan. 0, liyan, feminin, dionysian, pembusukan, kematian; Falha comum menunjukkan bagaimana kekacauan sebenarnya selalu bergolak dahsyat dalam repetisi entropik dan ennui—dengan ritme yang menyeret pendengar mereka menuju ke tengah ritus eskatologis di mana tak ada pilihan selain menggigit lidah sampai mampus atau naik ke atas altarnya dan menari mengikuti denyut primordial yang telah begitu lama terkekang dalam domestikasi keteraturan.
Favorit: Xiao Xiao, Estrela da manhã, Ruína
Bull of Apis - Bull of Bronze Offerings of Flesh and Gold
atmospheric black metal
Banteng sesat ini menunjukkan bagaimana RABM bisa dieksekusi dengan menuruti nafsu syahwat tanpa harus menenggelamkan kepala terlalu dalam ke dasar kubangan ideologi, komplotan jahat ini nampaknya mampu mempersenjatai diri mereka dengan estetika tanpa perlu khawatir pada mitos-mitos konyol yang lazim menyertai black metal. Doom, ambient, hingga dungeon synth diramu dalam disonansi logam hitam berdurasi panjang dalam takaran yang pas sehingga tak terlalu membosankan, sebuah debut yang sepertinya akan diikuti dengan perkembangan yang menakjubkan.
Favorit: Seluruh tracks
Dis Fig - Purge
post-industrial
Debut Felicia Chen ini dengan baik menggambarkan karut marut sebuah medan tempur personal; melankolia dan optimisme dihadapkan dengan kengerian industrial dan keputusasaan total. Ambiguitas yang begitu indah, kemanusiaan yang manusiawi.
Favorit: U Said U Were, Purge, WHY
LINGUA IGNOTA - CALIGULA
death industrial, neo-classical
Agak sulit menggambarkan album ini tanpa terlalu banyak mengandalkan klise, pasti banyak pula pendapat di luar sana yang menyebut CALIGULA sebagai overrated. Jujur saja agak terkejut saat pertama kali mendengarkan bagaimana Kristin Hayter bisa membuat sesuatu yang mengesankan setelah All Bitches Die yang fenomenal itu; juga bagaimana album ini masih terdengar lumayan fresh setelah Diamanda Galas, Pan Daijing, hingga Puce Mary. Tentu saja album ini tak sepenuhnya sempurna, beberapa repetisi lirikal dan melodinya membosankan untuk durasinya yang lumayan panjang, meski begitu, secara keseluruhan CALIGULA adalah sebuah rekam peleburan trauma yang menarik untuk direfleksikan atau pun ditelan mentah-mentah begitu saja.
Favorit: DO YOU DOUBT ME TRAITOR, FRAGRANT IS MY MANY FLOWERED CROWN, MAY FAILURE BE YOUR NOOSE
Kagami Smile - Antithesis of Human
ghost-tech, outsider
The Death of Rave merupakan salah satu rilisan musik terbaik dekade ini, sebuah proyek di mana Leyland Kirby menggunakan metode yang ia kembangkan bersama The Caretaker dengan bangkai rave sebagai medianya. Alih-alih nostalgia dan duka lara kolektif, Kagami Smile menarik kesemuanya menuju wilayah yang lebih personal sekaligus asing—melakukan kesemuanya menggunakan piranti digital dan berkolaborasi langsung dengan algoritma maha kuasa yang kelak akan menelan segala sesuatu. Beat house dan techno dicincang, direbus, dibakar, dipanggang, dilumat sampai lebur dan dibenamkan dalam berbagai macam efek menjadi sesuatu yang sama sekali lain. Mungkin album ini terdengar seperti ambient pada umumnya, tetapi bila dirasakan kembali, apalagi yang lebih asing dibanding hal-hal terdekat dengan keseharian kita? Denyut kota dan segala sesuatu yang melata di antara gedung-gedungnya?
Favorit: seluruh tracks
Monokle & AL-90 - Mindperfection
outsider house, ambient techno
Dalam durasi yang relatif pendek, duo ini bereskperimentasi dengan berbagai macam reaksi kimiawi rumit yang menghasilkan melankolia dalam takaran yang pas. Ambient dan house yang dipadukan ketukan janggal IDM. Beberapa loop emosional, sample dan beat variatif yang membawa berbagai macam mood sekaligus. Sebuah proper downer, sebuah perjalanan pulang dalam padatnya kendaraan umum setelah menyelesaikan setumpuk pekerjaan bersama lelah dan kecemasan akan datangnya hari esok.
Favorit: Spectre, Lowland, Flywheel, Rostki Utopii
The Caretaker - Everywhere at the end of time - Stage 6
ambient
Saya sering membayangkan genre terakhir, finalitas musik, sebagai momen menjelang kematian. Menua dan kesepian. Terduduk bersama senyap dalam kamar, mendengarkan rongga telingamu sendiri yang sudah rusak. Di sana ada berbagai macam potongan, remix, parodi, suara samar-samar, hantu dari semua lagu yang pernah kita dengarkan semasa hidup, tedengar bersamaan, bercampur jadi satu.
Penutup dari sebuah perjalanan panjang sejak 2016 yang mustahil digambarkan dengan kata-kata. Sebenarnya saya sama sekali tak yakin pada apa yang sebenarnya saya rasakan saat mendengarkannya, juga segala sesuatu yang bisa saya bayangkan mengenai dementia dan kematian, yang jelas, The Caretaker telah mengakhiri kesemuanya dengan begitu indah.
Favorit: seluruh tracks