Catatan untuk Puisi Masa Depan tentang Ketidakmungkinan: Kekejaman, Kelainan Bentuk, Kengerian, dan Depresi
Jika dirimu tak bisa merasakan merkuri dalam mulutmu, maka berpura-puralah sampai kau bisa. Berubahlah pada suhu ruangan, ubah bentuk orang lain, biarkan ruang yang kau tempati menjadi katalisatormu untuk mencair. Jadilah prisma, biaskan cahaya, telan fluoresensi ke dalam perutmu. Keracunanlah dan jadilah beracun. Waspadalah dalam menyerap panas, batasi koneksimu dengan lingkungan sekitar. Tetaplah ramping sembari menjaga massa jenismu. Terima volatilitas sebagai satu-satunya keadaan bawaanmu dan jangan sampai menjadi padat. Bertobat adalah sikap seorang pengecut, untuk terus bertahan hidup kau harus bisa melupakan rasa bersalah. Jadilah korosif, rengkuhlah segala sesuatu yang telah mati. Menderitalah, jadilah dirimu apa adanya tanpa perlu berusaha terlalu keras untuk dapat berubah. Jadilah cermin untuk segala sesuatu yang sedang dan akan terjadi. Tuliskan kontaminanmu dengan huruf kapital tebal. Jangan mati begitu saja, makan jantungmu sendiri sebagaimana kekosongan. Alamilah psikosis, halusinasi, kejang, mimpi buruk, depresi dan insomnia. Jika dirimu tak bisa merasakan merkuri dalam mulutmu, maka berpura-puralah sampai kau bisa.
Jadilah warna dari segala warna sekaligus, ubah semuanya menjadi lumpur bercahaya. Budidayakan sakit kepala, lupakan hari, lupakan semua dari segala sesuatu yang menyakitkan dan hanya simpan rasa sakitnya saja. Usah peduli pada hikmah ataupun pembelajaran. Semua itu mungkin akan menghalangimu menulis, kau mungkin akan sakit, tetapi setelahnya kau niscaya akan menulis, karena satu atau dua baris tulisan adalah semua yang bisa kita harapkan saat ini. Lebih dari itu, percuma, meski kesemuanya mungkin akan terus berlanjut selama kau masih bernyawa.
Bayangkan betapa membosankannya dirimu serta semua orang yang kau kenal, selami enui sampai segalanya berhenti bergerak, sampai kau bosan dengan rasa bosan, begitu bosan dengan kebosanan hingga kau meledak secara spontan. Setiap dorongan untuk menemukan audiens pada dasarnya adalah tipu daya dan hasutan, tak ubahnya piranti penyiksaan yang kau kenakan di kepalamu sendiri. Berkonsentrasilah sekeras mungkin pada kesulitanmu untuk berkonsentrasi. Jaga fokusmu hanya pada samar dan betapa kaburnya segala sesuatu. Depresi adalah kejelasan yang kau nantikan, racun juga candu yang memaksamu untuk terus bertahan.
Rawat kewarasan dari kegilaanmu. Jangan menetap di mana pun. Berpura-puralah untuk bisa membedakan keduanya sampai kau tak bisa lagi membedakan segala sesuatu. Jangan berharap kegilaanmu akan berakhir, karena kemungkinan besar memang tidaklah demikian, buatlah saja semuanya menjadi tak berkesudahan.
Akui bahwa berada di mana-mana berarti tak mempunyai tempat satu pun, dirikanlah rumahmu dan rasakan betapa tidak nyamannya kehidupanmu di sana. Rindukan wilayah yang menyangkal segala macam konseptualisasi, rasakan gerak dalam diam dan kenali dismorfia sebagai kebenaran konkretmu. Jika suatu hari tubuhmu bukan lagi liyan yang tak kau kenali, habiskan sisa hidup dan matimu untuk mengoreksi ketidakbenaran mendasar itu.
Tegaskan bahwa fiksimu friksional, fiksi seharusnya bersatu dalam miliaran perselisihan. Fiksi seharusnya tak berpihak selain kepada puisi yang menyusunnya, yang dapat terus berkembang dan bermutasi tanpa henti selamanya. Jika kau terdiam mematung, pastikan kepalamu masih terbakar dan berkonsentrasilah pada detail-detail disintegrasi yang sedang dan akan terus kau alami. Jika tidak, pergilah menuju tempat selain di mana kau berada, pastikan tempat-tempat lain itu bukanlah suatu tempat sama sekali, tetapi kosong tanpa bentuk yang mustahil ditentukan.
Jika kau harus mengenali realitas, jangan bayangkan kenyataan yang sejalan dengan ide siap pakai yang saat itu terlintas dalam kepalamu. Seluruh tradisi realis adalah serangkaian kartun membosankan, ketahuilah bahwa realisme selalu meremehkan realitas. Semua realisme standar berawalan: sur-, ir-, anti-, dan quasi-; pada dasarnya mendekati realitas dengan distorsi dari segala sesuatu yang sudah terdistorsi sebelumnya.
Satu-satunya hal yang perlu diperjelas adalah kebingunganmu sendiri. Jika dirimu masih harus bepergian untuk mencari ide, maka dirimu masih terlalu stabil dan mengakar sehingga ide-ide yang kau miliki sama sekali tak berarti. Kegelisahanmu seharusnya cukup menjadi satu-satunya perjalanan yang harus kau lalui. Kegelisahan tanpa batas yang dapat menyesatkanmu dalam ruang tertutup sekali pun. Ini bukan berarti menghibur diri lewat delusi teleologis, bukan pula memburu keterasingan, tetapi terus menggali dan menemukan tempatmu dalam ketidaksesuaian.
Derita hanyalah konsekuensi logis dari hasrat untuk membuat sesuatu menjadi berbeda dari keadaan sebenarnya. Cobalah menginginkan sesuatu sebagaimana keberadaan sebenarnya untuk mengetahui bahwa keberadaan bukanlah akhir dari segala kemungkinan melainkan awal dari sesuatu yang sama sekali lain ataupun kemustahilan.Terimalah bahwa manusia diciptakan untuk menyakiti satu sama lain. Jangan pernah mengadopsi agresivitas sebagaimana menolong seorang anak terlantar. Sebaliknya, lahirkan konflik yang tumbuh dari rahim kegilaanmu sendiri. Susuilah permusuhan dalam dirimu, ketidakseimbanganmu, dalam usus busukmu yang tak berujung hingga kau tak bisa menyaksikan lagi bagaimana segalanya harus berdesakan serta bersaing untuk hidup di suatu tempat dan pada waktu bersamaan.
Jangan bosan pada depresi yang mengendap dalam kepalamu. Kau tak punya apa-apa lagi, jadi sembuhkanlah dirimu hanya dengan cara-cara yang salah. Dengan demikian kau bisa memastikan semuanya memburuk perlahan. Jika kau bisa memikirkan cara untuk memperburuk keadaanmu, maka lakukanlah. Jika kau berhasil memperburuknya, berarti dirimu bisa membuktikan bahwa kondisimu tidaklah seperti yang kau pikirkan. Lakukanlah lagi, yakinlah, bila kau bisa melakukannya lagi berarti masih ada yang tersisa padamu.Berkonsentrasilah pada potensimu, sekecil apa pun itu. Rasakan keberadaanya, menetaplah di sana sampai kau tak bisa melakukannya lagi.
Pada akhirnya, bila dirimu bisa menyembuhkan dirimu sendiri, kemungkinan besar kau telah mati rasa. Dirimu akan mewujudkan suatu kekebalan istimewa yang memungkinkanmu terus bertahan hidup dengan mengorbankan seluruh kebutuhan kompulsif. Perkuat kebisuan itu dan kau akan perlahan menghilang. Dirimu akan bisa memimpikan hidup sebagaimana adanya, mimpi-mimpimu mungkin akan mengecil, tetapi kesemuanya adalah mimpi yang paling nyata dan kau mungkin akan memahami apa artinya mati.
Kumpulkan monomania, pertahankan seluruh ketidakpercayaanmu, imani pesimisme dan teruslah maju. Bersahabatlah dengan cermin dan jadilah akromegali. Tumbuhlah menjadi kepalsuanmu sendiri, sempurnakan kecanggungan dan rasa takutmu, sempurnakanlah segala yang buruk dari dirimu. Lipatgandakan kalimat-kalimat panjangmu sebagaimana seorang murid yang menerima hukuman pendisiplinan. Pelajari bagaimana mencintai dengan tulus segala sesuatu yang mungkin salah dengan kalimat-kalimat itu lalu panjangkanlah semampumu. Buat kalimat-kalimat yang lebih panjang dari waktu ke waktu. Buatlah kalimat singkat sepanjang kau bisa.
Bermurah hatilah kepada kekejaman primordial dalam dirimu dengan selalu menyimpan yang terburuk khusus untuk dirimu seorang. Ingat, tak ada yang lebih pantas mendapat kesemuanya selain dirimu sendiri. Adjuvan adalah musuhmu, gandakan tumor secara berdikari. Meski takkan ada lagi kegembiraan dalam tawamu, kau harus tetap meneruskannya, semua akan jadi penguatan untukmu nanti. Semua akan menjadi sebuah katakresis, pujian untuk segala kesedihan tuhan di taman getsemani.
Jika masih tersisa moralitas dalam dirimu, lakukanlah hanya dalam kegelapan dan simpanlah semua di sana, atau seret saja segalanya keluar ke bawah terik matahari. Tuang lebih banyak cahaya pada cahaya, cahaya berlebihan yang mengaburkan segalanya. Gelapkan yang bercahaya sampai tak terlihat, paksa segala gulita menuju tungku tengah hari. Apa yang binasa oleh cahaya, tak pernah ada di sana. Jadilah jamur yang tumbuh di bawah sinar matahari
Demi memuaskan hasrat atas perubahan, berhentilah mencari. Perhatikanlah hal yang sama dan berdiam dirilah menunggu. Nomadisme tak memiliki tangan dan kaki, sebagaimana persepsi sejati menggali tempat yang tak terlihat olehnya sendiri.
Lupakanlah kiamat, segala sesuatu yang telah lama mati berharap tak pernah dilahirkan. Ketahuilah bagaimana hal ini adalah awal dari terbentuknya permulaan. Hanya terpidana seumur hidup yang bisa merasakan hidup sepenuhnya. Dirimu hanya bisa lolos dari satu penjara untuk masuk ke penjara lainnya. Penjara tak berbatas adalah kungkungan sebenarnya karena kau harus menciptakan dan memenjarakan dirimu sendiri di sana.
Jika dirimu harus menanggapi segala macam bentuk kemerosotan moral, genosida, hasutan kebencian, penganiayaan, kemiskinan, ketimpangan, krisis lingkungan, serta seribu permasalahan lainnya; kau harus terlebih dahulu membayangkan kembali realitasnya secara mendetail menjadi satu rasa jijik memuakkan yang universal. Dengan kata lain, jangan hanya membayangkan bagaimana tulisanmu mengenai hal-hal tersebut adalah penting dan signifikan, tetapi berikan kesemuanya keberadaan di luar konteksnya. Ada orang-orang yang menjadi korban dari orang-orang bodoh dan ada pula yang menjadi korban dari kebodohan mereka sendiri, kalimat-kalimatmu jelas bukanlah obat mujarab bagi mereka ataupun senjata yang bisa melenyapkan segalanya, kesemuanya hanyalah kesia-siaan tambahan atas segala kesia-siaan yang ada. Bila ada sesuatu yang dapat mereka lakukan, kesemuanya hanya memperjelas yang rumit dan memperumit segala sesuatu yang sudah jelas. Kesemuanya dapat menciptakan ulang dunia seisinya meski hanya sesaat, tak terlalu membosankan, tak terlalu menyakitkan; mereka dapat memimpikan sesuatu yang lain dengan kesadaran penuh bahwa segalanya hanyalah mimpi. Impotensi adalah berkah atas keberadaanya sendiri, hadiah yang terlalu sering disia-siakan sekedar demi utilitas. Gali labirin di seluruh muka bumi dan bukan kuburan.
Kesia-siaan kegilaan? Tentu saja, benar sekali. Namun, kita harus membayangkan kebalikannya yang tidaklah sia-sia, dan itu sendiri merupakan sebuah kegilaan pula, jenis kegilaan populer yang tentu saja sia-sia. Kegilaan menyimpan lebih banyak kata-kata dari apa yang ia ungkapkan, apa salahnya menjadi gila? Jadilah gila hingga yang terdengar hanyalah suaramu sendiri yang perlahan kian lirih seolah dirimu tengah mendengarkan dunia seisinya.
Afiliasi sejaman tak kalah berbahaya dengan afiliasi historis. Menjadi bagian dari zamanmu atau zaman lain, sungguh suatu hal yang patut disesalkan, teramat memalukan. Jika kegilaan menyingkirkan kreatifitas, maka itu jauh lebih baik, biarkan segalanya tumbuh dari lumpur nekrotik tersebut. Sebuah tulisan menjadi penting berkat hal-hal lain yang tidak penting, meski tentu saja hal ini tak begitu saja menjadikannya penting. Jadikan ketidakpastian sebagai landasan yang kokoh bagimu, jadilah kotoran, makan dan telanlah kotoran, setubuhi kotoran dan budidayakan kotoranmu sendiri.