"Aku di sini, dia di sana. Hanya berjumpa via virtual. Namun, aku selalu menunggu saat kau dikubur dengan tanah." Gumam Adichandra.

Adichandra menepuk nyamuk yang lewat disekitarnya. "Plok!!" Dia mencoba menepuk nyamuk-nyamuk yang berseliweran di pinggir warung jamu Intisari langganannya.

Tukang jamu memutar lagu Peterpan berjudul jauh mimpiku dengan speaker bluetooth murahannya. Adi memainkan jemarinya di dalam gelas Intisarinya, dia memutar jarinya berlawanan dengan jarum jam. Lalu lalang pasar Cibubur dan lagu Peterpan membuatnya menghisap rokok dengan begitu khidmat.

Adi memesan Intisari lagi, setengah botol untuk dibawa pulang. Setelah membayar, tukang jamu langganan Adi berkata, "What doesn't kill you, make you wish you were dead." Adichandra mengangguk dan berterima kasih karena telah disediakan minuman.

"Sampai jumpa, datang lagi kalau wanita yang kamu cintai disetubuhi pria lain." Kata tukang jamu.

"Iya, aku menunggu dia hamil kalau perlu. Lagipula sudah tidak sesakit dahulu saat pertama kali dibohongi. Rasa-rasanya aku ingat namun juga pelupa seiring menua," angguk Adichandra.

Adi menyalakan motor Jupiter Z dengan modifikasi ala Thailand miliknya. "Bremmm, bremmm, ckittt!" Adi memanaskan ban eat my dust motornya. Setelah panas dan lengket dengan aspal dia langsung menuju pertigaan lampu merah Cibubur. "Kemana kita malam ini, Yellomaru?" Adi bermonolog di atas motornya.

"Kemana pun juga, tidak ada jalan keluar dari kota ini. Di balik gunung, di ujung pantai, di muara, semua sama saja." Adi membetot gas ke arah Cijantung.

Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Adi tiba di bawah flyover Pasar Rebo. Dia membuka Intisari sisa lalu dimasukkan ke botol Aqua. Adi berbelok ke arah TB Simatupang, dia membetot gas Yellowmaru. Dalam kecepatan yang tidak bisa dia kira karena speedometer Yellowmaru mati sejak kapan tahu, Adichandra datang dari masa depan. Kepingan yang dia lihat bersama cahaya jalan raya menjadi kepingan kejadian lalu.

Dia menenggak Intisari di atas flyover TB Simatupang. Melihat ke arah selatan, lalu ke utara, dia membasuh muka dengan Intisari yang tersisa.

Adi melempar kepingan 500 rupiah menuju seekor kucing di bawah jembatan layang. Lemparannya tepat mengenai mata kucing tersebut. Mata kucing yang terkena koin Adi mencuat dari tempatnya. Dia menyongkel mata kucing tersebut dan disimpan dalam kantung jaketnya. Adi melanjutkan perjalanan memutar di Ragunan ke arah Pasar Minggu.

Gas yang dibetot penuh sehabis putaran, kepala yang melayang, bola mata berdarah. Kecepatan penuh sepanjang 500 meter ke depan. Adi kembali dari masa depan. Berbelok ke arah pasar Minggu, dia melemparkan puntung rokok, dan meludah ke palang dekat putaran.

Adi menabrak burung gereja tepat di helm KYT DJ Maru milik seorang senior yang dia ambil beberapa tahun lalu di kampus. Adi berhenti dan memungut jasad burung gereja tersebut. Adi berdoa untuk kucing yang dia congkel bola matanya, juga burung yang ia tabrak baru saja.

"Tuhan, maafkan aku. Aku telah berdosa. Mengambil mata kucing jalanan dan menabrak burung yang tengah terbang."

"Tuhan, aku berada di neraka. Izinkan aku keluar dari lubang masa lalu. Aku akan keluar dari gerbang neraka sebentar lagi. Bola mata, dan bangkai burung sebagai persembahanku. Aku berlindung dari wanita jalang yang aku sayangi, izinkan aku menuai benih dan badai."

Adi berbelok ke Jalan Gabus Raya. Dia menemukan masjid di sana. Dia mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat malam. Dalam keadaan najis dan tidak sah, dia berniat dan sembahyang.

Adi menangis saat melafalkan surat Al-Fatihah. Kenajisan dalam dirinya, meluap seperti buih magma. Tidak bisa dibendung lagi. Setetes air mata yang jatuh dalam sajadah, menjadi oasis dalam gurun kesengsaraan. Pada gerakan tahiyat akhir tidak bisa dibendung lagi. Adi meledak dan air mata turun dari kelopak matanya.

"Aku ini binatang, aku hewan pengurai, aku ini cacing. Kakak, maafkan adikmu ini, aku menyia-nyiakan kesempatan bersama kakak untuk membuat keluarga kita menjadi lebih baik. Sekarang kakak sudah tiada, penyesalan ini abadi. Tuhan, jagalah kakak dari api neraka. Biarkan aku yang terbakar, dosa yang aku lakukan tidak separah seks bebas. Aku berdosa memukul orang tua yang memukuli aku sewaktu bocah. Aku berdosa memukul jari ibu saat Ibu melerai perkelahian dengan bapakku. Aku berdosa terlihat tidak acuh kepada kakak dan Ibu. Dalam darah aku menunjuk, dalam salam aku berpaling, dalam sujud aku hilang di dalamnya."

Adi teringat akan tingkah bodohnya. Mencintai seorang wanita. Walau sudah dihamili orang lain, dia tetap ingin membantu dan membimbingnya. Pada akhirnya wanita itu meninggalkan Adi setelah apa yang wanita itu bilang hamil ternyata hanya telat menstruasi. "Kakak, maafkan aku."

"Zelin," Adi memukul dirinya sendiri, mencakar bahunya setelah nama perempuan itu terbesit dalam doa dan kenajisan dirinya sendiri. Darah yang keluar dari kulit mulai mengucur deras. Adi bersujud sekali lagi."Tuhan, maafkan aku, tiada jawab darimu, aku terbiasa. Kesunyian menjadi Tuhanku

Adi kembali menyalakan motornya. Dalam keadaan menangis tersedu, dia menyalakan rokok Garpit dan meminum Intisarinya kembali. Dia memutar dan mengambil jalan ke arah rumah Zelin. Adi berhenti di depan rumah Zelin. Dia menatap langit yang hitam. Gemerlap cahaya sekilas mencuat. Ada bintang yang meledak di luar sana. Bintang yang menari dan marah. Cahaya yang datang dalam gelap, bintang yang menyala membuang kelebihan olahan bahan bakarnya.

Adi menggenggam bola mata kucing dan bangkai burung gereja. dilumurinya bola mata dan bangkai itu dengan darah dari kulitnya.

Adichandra memantapkan diri lalu menelepon Zelin. "Coba kamu lihat bulan malam ini, cakep ya? Bulannya penuh." Ucap Zelin.

"Apa ini bulan penuh terakhir yang akan kamu lihat?" Balas Adi.

"Kalau di lantai dua sambil lihat bulan secantik ini, rasanya aku mau loncat." Balas Zelin.

"Lakukan, kalau begitu," jawab Adichandra.

"Jujur, aku hamil beberapa hari lalu. Kita tidak pernah berhubungan intim. Aku tidak tahu harus berbuat apa selain melihat bulan," balas Zelin.

"Loncat, kau pengecut!" Balas Adi

"Aku mau jujur satu hal sebelum loncat," balasnya. "Buat apa aku memberitahu kamu kalau kamu tidak penting, kamu kira aku cuma memberikan info?" Tambah Zelin.

Seorang pekerja kebersihan datang dari belakang Adichandra.

"Kamu akan menulis catatanmu dengan baik dan buruk. Kita adalah pion dari Raja dan Ratu dalam permainan. Cinta yang akan melahirkan kebencian. Dari kebencian kamu akan kembali merasakan hidup. Kamu akan menemuinya tidak lama lagi. Tunjukkan padaku kenapa orang mati tidak berhenti berdarah. Juga mengapa ketiadaan bertahan selama-lamanya, dan masa lalu tidak dapat terulang. Sebagai hewan pengurai. Kita akan tetap menjadi kurban dari Ratu dan Raja dalam permainan mereka. Karena itulah mereka tidak akan mati begitu saja sampai kamu sebagai kurban telah habis kegunaannya. Selamat berjalan kembali di neraka." Ucap tukang kebersihan kepada Adichandra.

"Zelin, kamu masih disana?" Tanya Adi.

"Iya," balas Zelin.

"Syukurlah," timpal Adichandra. Adi menggali tanah di depan rumah Zelin. Dia mengambil bola mata kucing dan bangkai burung gereja yang ia bawa. Diambilnya kemudian sisa Intisari, dimakanlah setengah bagian dari bola mata dan bangkai. Diletakkan sisa bola mata dan bangkai pada galian tanah. Disiramnya pekuburan tersebut dengan 1 sloki Intisari.

"Aku siap." kata Adichandra melihat Zelin di lantai 2.

"Aku loncat," balas Zelin lalu ia loncat dari lantai 2 dan kepalanya beradu dengan ubin. Darah berceceran, Zelin berdiri lagi.

Seorang pria datang menghampiri Zelin dan membuka gerbang. Pria itu membantu Zelin berdiri lalu berciuman di depan Adichandra.

"Dia kekasihku, dia yang membuatku hamil, aku cinta dia, aku akan menikah dengannya. Kamu dan kata-kata yang pernah kamu ucapkan harus tetap berada dalam kepalamu." Mula Zelin.

Adichandra meraba matanya. Adi memegang pupilnya dengan telunjuknya. Adi mengorek ruam matanya. Adi mengoyak matanya sendiri. Darah yang tercecer dari bola matanya terus mengucur. Tanpa kata, dia meraba jaringan matanya. Adichandra mencabut bola matanya.

Zelin kemudian mencium kembali kekasihnya dan memainkan kontolnya, dibalas pria tersebut dengan meremas pantat Zelin dan menelanjanginya. Zelin berbalik menelanjanginya dan mencium mesra pria tersebut. Dimainkan kontolnya oleh Zelin. Kontol pria tersebut dilumuri darah sebagai pengganti lubrikan. Zelin menunduk dan mulai menghisap kontolnya. Pria tersebut mendesah keenakan.

"Kamu milikku." Balas jasa pria tersebut kepada Zelin.

"Mmhhh, nggghhh, sllrppp…" Suara Zelin menghisap kontolnya.

Adichandra ereksi melihatnya. Dia menjilat bola matanya dan darah yang mengucur dari lubangnya.

Pria itu menyuruh Zelin berdiri. Zelin menatap Adichandra dan tersenyum. Zelin menyuruh Adichandra memperhatikan baik-baik. Zelin mengambil tangan kekasihnya dan diarahkan ke perutnya. Zelin menggunakan tangannya untuk mengelus perutnya yang sedang mengandung. Adichandra mengeluarkan kontolnya dan mulai masturbasi melihat Zelin dan kekasihnya memadu cinta.

"Dia pria terbaik yang aku temukan selama aku hidup, aku akan menjadi ibu muda yang seksi." Zelin menatap Adichandra.

Adi mengocok kontolnya mengikuti irama jantungnya.

"Buka belahan pahaku, usap pepek aku." Zelin melihat kekasihnya.

Pria tersebut menurut dan membuka pahanya. Adichandra melihat janin yang mencuat dari pepeknya, janin tersebut tidak mempunyai ekspresi dan memuntahkan darah dari lubang mata dan mulutnya. Adichandra gemetar hebat setelah melihat pemandangan barusan. Adichandra membeku saat mengocok kontolnya, gemetar setelah melihat apa yang baru saja ia saksikan.

Zelin tersenyum melihat Adichandra dan menghisap jarinya. "Aku harap kamu tidak pernah mencintaiku." Kata Zelin pada Adichandra.

Janin yang berada dipepeknya keluar masuk diusap oleh kekasihnya. Dijilat kemudian pepek Zelin oleh kekasihnya. Zelin menggelinjang dan menjambak rambut kekasihnya. Mereka berdua berkeringat. Dihunuskan kepala pria tersebut ke pepeknya kembali. Kekasih Zelin mulai menjilati pepeknya. Putaran dan kecupan searah jarum jam ke pepek Zelin. Pepek Zelin banjir dan mengeluarkan darah bagai banjir, mengalir sampai ke pijakan kaki Adichandra. Janin keluar setengah badan dari pepek  Zelin dan kembali memuntahkan darah. Adichandra berusaha menggapai kontolnya kembali dan melanjutkan masturbasi pada pemandangan yang dia lihat. Mata kanan Adi melihat sebuah kematian yang akan menjadi gairah kehidupan.

"Bertarung, darah, bertahan, amarah, dendam, cinta, kebencian." Gumam Adichandra. "Kakak di surga. Aku adik yang kotor dan berdosa. Aku tidak pernah melakukan kebaikan kepada orang tua, keluarga, dan kakak. Di ujung nafas terakhir kakak tetap menungguku melantukan doa terakhir. Maafkan aku, tapi aku tahu aku adalah adik yang baik" Adichandra lanjut bergumam.

Adichandra dipenuhi rasa marah dan benci yang meluap dalam hatinya. Adi kembali meraih kontolnya dan mulai masturbasi kembali. Zelin tersenyum menampakkan giginya. Dipungut kontol kekasihnya dan dimasukkan ke pepeknya. Mereka beradu seperti gasing dan berbagi liur kembali. Adichandra makin kencang mengocok kontolnya. Dia ambil aliran darah yang masih mengalir setelah bolong mata kirinya dan dijadikan lubrikan. Mata kanan Adi melihat kengerian tanpa bisa berpaling walaupun beralih. Di depan matanya, semuanya telah musnah. Tidak ada lagi masa depan. Zelin dan kekasih saling meracau dengan berbagai variasi gerakan intim antar kelamin. Janin di dalam pepeknya meronta ingin keluar dan mulai menangis.

Jeritan janin itu memekik memecah kesunyian malam.

Pria tersebut mengeluarkan kontolnya dan janin tersebut keluar dari pepek Zelin. Janin Zelin merangkak terseok-seok di ubin lalu Zelin melanjutkannya silaturahmi kelamin dan mencoba beberapa varian gaya baru. Zelin berkeringat hebat dan mulai gemetar keenakan.

Janin tersebut meronta dan berteriak kencang memecahkan kaca rumah lalu membusuk dan menghilang.

Perkataan manis yang keluar diantara keduanya saat memadu cinta. Zelin dan kekasihnya memberitahu dan berteriak kalau mereka akan orgasme bersama. Adichandra mempercepat kocokan seolah mendekati kematian. Adichandra mencolok lubang matanya dan mengocok kontolnya bersamaan. Adichandra meletakkan kembali mata kiri saat mencolok lubang matanya sambil melanjutkan masturbasi.

"Aku keluar!!" Ucap Zelin pada kekasihnya sembari tersenyum lebar melihat Adichandra.

"Aku juga keluar, Sayang!!" Balas kekasihnya.

"HAHAHA!" Adichandra mengeluarkan air maninya.

Zelin tersenyum dan mendatangi Adichandra. Adichandra mengusap bola mata kirinya ke air maninya yang berceceran di tanah.

"Inilah yang terjadi ketika kamu terlalu mencintaiku" ucap Zelin.

Adichandra menjilat air mani yang menempel pada bola matanya lalu menjilatinya perlahan lalu dimakannya bulat-bulat.

Adi menggandeng tangan Zelin dan mencium bibirnya.Zelin tertawa dan memalingkan badannya lalu berjalan menuju kekasihnya. Saat Zelin memalingkan badan. Adichandra melihat lubang pantatnya. Adi melihat matahari yang menyilaukan dari lubang pantatnya. Adi menusuk lubang anus Zelin dengan jemarinya. Zelin berteriak kesakitan dan memukul kepala Adi agar bisa lepas dari sodokan tangannya.

"Matahari yang menyilaukan. Aku bisa buta. Aku yang akan menghancurkan matahari dan membuat langit gelap dan menari kegilaan saat memakannya" Ucap Adi merogoh anus Zelin.

Zelin meronta kesakitan dan terupuruk lemas.

"Ini akan menjadi akhir dari semuanya." Adichandra memakan anus Zelin dan semuanya gelap menghitam.

✶✶✶

Cahaya perlahan masuk ke pandangan Adichandra. Adichandra membuka matanya. Zelin berada di sampingnya dalam keadaan telanjang di kasur berdua dengannya. Adi membasuh mukanya dan menyalakan rokok Garpit.

Zelin terbangun. "Kamu sudah bangun?" Tanya Zelin.

Cahaya matahari mulai masuk ke hotel harian mereka. Adichandra mencoba menghalau cahaya matahari dengan tangannya.

"Jawab aku!" Sanggah Zelin.

Adi bersiap untuk pergi dan melihat foto kakaknya di gantungan kunci motornya.

"Aku salah apa ke kamu?" Tanya Zelin kemudian.

"Aku terbangun sendirian di ruangan ini bersama wanita susah aku ingat. Aku terbangun dan berpikir seolah menjadikan semua ini seperti rumah untuk pulang. Kenapa aku bisa berakhir di sini aku juga tidak tahu." Jawab Adichandra.

"Kenapa kamu memulai sesuatu yang tidak bisa kamu selesaikan?" Zelin bertanya balik.

"Jangan bertanya hal konyol seperti itu. Apa yang aku inginkan serupa dengan kerja perutku, akan tetap mengeluarkan kotoran dari apa yang aku makan." Adichandra memandang Zelin.

"Kamu berada di dalam jaringku. Aku menjadi bayang dimana pun kamu berada. Aku akan menggigitmu dan menjatuhkanmu serata dengan tanah." Zelin menatap Adichandra.

"Aku terbangun sendirian di ruangan bersama wanita susah aku ingat. Aku terbangun dan berpikir seolah menjadikan hal ini seperti rumah untuk pulang. Kenapa aku bisa berakhir di sini aku juga tidak tahu." Jawab Adichandra, mengambil buku Accursed Share pemberian Pijar.

"Kita akan bertemu kembali di neraka nanti. Jika itu benar terjadi, akulah yang akan memecahkan kepalamu nanti dan mengambil matahari dari lubang pantatmu." Adichandra menatap Zelin baik-baik dan bergegas pergi.



oleh Aleen Ibn Ni'qat